RADICAL JOY

GKI San Francisco

W.E.L.C.O.M.E.

RADICAL JOY

Di Mana Sukacita itu Berada? Ingatkah Saudara bagaimana wajah anak-anak kita ketika melihat orangtuanya sudah pulang ke rumah? Seharian tidak jumpa, atau lama bertugas ke luar kota, mereka begitu senang melihat kembali orangtuanya. Atau misalnya, ketika bayi tampak tertarik dan tersenyum pada wajah lain yang melucu, semakin digerakkan, si bayi semakin tertawa jenaka. Ya, begitulah sukacita. Badan terasa ringan. Hati penuh. Wajah dan pikiran terasa segar.

Sukacita memang murah. Ia bisa terjadi di mana saja. Ia berhak datang dan dialami oleh siapa saja. Ia muncul kapan saja. Kenyataannya sukacita itu seringkali mahal. Ada beberapa sebab: Kita salah memahaminya. Kita salah mencarinya. Seolah-olah bersukacita itu ada di luar diri atau di luar jangkauan kita. Ada pihak yang menguasainya. Ada pihak yang memonopolinya. Bila ini terjadi, kondisi dibuat sedemikian rupa agar orang-orang berlomba membelinya. Tanpanya, orang tidak mungkin bersukacita.

Ketika Sukacita Diberitakan Yesus naik ke atas bukit. Ia duduk dan mulai mengajar murid-murid yang datang kepadaNya. Seperti Musa, IA menyampaikan kepada mereka kebenaran akan hukum dan perintah Allah. Inilah Kerajaan Allah. Bukan larangan atau teguran; bukan pula sejumlah aturan; melainkan suatu keadaan yang begitu dekat dan mudah dinyatakan.

Kata “berbahagialah” mengajak para murid untuk mengenali apa itu sukacita dan siapa saja yang bersukacita. Makarios merupakan keadaan yang tersembunyi, murni, utuh dan penuh. Makarios atau sukacita adalah keadaan merdeka dari segala peluang dan perubahan kehidupan. Sukacita itu tidak dapat dirampas. Ia merdeka dari segala tuntutan. Apapun kesempatan yang ada, sukacita itu mempunyai nilai sendiri yang tidak tergoyahkan. Bagaimanapun hidup berjalan, sukacita tidak berubah. Pada dirinya ada berkat nyata.

Orang-orang yang malang, miskin dan lemah di mata dunia tetap berhak bersukacita. Kondisi buruk yang menimpa mereka, tekanan yang dihujamkan kepada mereka akibat kuasa jahatm tidak akan membuat mereka kehilangan sukacita.

Radical Joy Itulah radical joy, sukacita yang penuh bak pohon berakar kuat dan subur sehingga dahan, dedaunan, bunga dan buahnya tidak lelah untuk tegak di segala musim. Di tengah dukacita, orang akan tegak oleh penghiburan. Di dalam kelemahlembutan, atau kesabaran menanggung cela, orang tidak kehilangan kuasa. Sebaliknya, mereka memiliki bumi dan mempunyai kerajaan sorga. Yohanes 16:22: “Demikian juga sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraan itu dari padamu.”

Biarlah radical joy menjadi bagian kehidupan kita. Langkah berikut kiranya menolong kita untuk mulai menumbuhkannya: Suka berdamai (Matius 5:24) atau membenci perpecahan Cari kawan bukan menambah lawan (Matius 5:26) Awasi diri: berhutang sama dengan bersiap untuk celaka Kenali: amarah sama kejamnya dengan pedang dan senjata; nafsu sama kejinya dengan berzinah Sembahlah Tuhan dengan segala anggota tubuh. Tuhan ingin kita sungguh-sungguh takut akan DIA. Murah hati itu juga berarti siap rugi. Memberi itu bukan hanya dari apa yang ada pada kita. Bersiap dan rela hatilah untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan melalui karya dan derma bagi sesama Mengasihi itu bukan berarti bayar hutang budi, melainkan mengampuni dan melayani mereka yang melukai kita.

Kiranya kita tidak pernah kehabisan tenaga untuk mengalami sukacita radikal seperti yang Tuhan sudah anugerahkan. Amin

(Kotbah dalam Kebaktian Minggu, 2 Februari 2020)